Ingin punya anak adalah keinginan semua orang yang sudah menikah, tapi terkadang sang maha pencipta berkehendak lain. banyak pasangan yang telah menikah dan ingin punya anak, tetapi sulit mendapatkannya. tetapi “Maaf” orang yang belum nikah dan berzinah, mudah sekali mendapatkan anak, walaupun tidak semuanya.. 🙂
Tetapi saya yakin pasti ada hikmah di balik semua ini. seperti cerita terdahulu tentang Cara Cepat Hamil / Punya Anak.
terkadang ada pula pasangan yang menikah dan menunda punya anak, karena berbagai pertimbangan midalnya masih muda, belum mapan, dsb. tetapi terkadang karena di tunda-tunda ini yang menyebabkan benar2 tertunda nya mempunyai anak.
Kebetulan aq mempunyai seorang teman yang pernah berucap pengen punya anak kalo dah punya rumah sendiri, kalo sekarang masih di pondok mertua indah katanya. ternyata desakan dari keluarga dan mertua begitu besar supaya dia mempunyai anak karena pertimbangan orang tua dan mertua sudah berumur dan sangat ingin cucu. sekian lama berusaha, berobat kesana kesini tetap gak ada hasil… setelah 10 tahun berjalan dan mempunyai rumah sendiri barulah dia di karuniai seorang anak laki-laki sedangkan orang tua nya sudah tidak ada, barulah teringat akan ucapan bahwa belum mau punya anak kalo belum punya rumah sendiri ternyata di hijabah oleh sang pencipta.
Ada pula cerita seorang teman yang bekerja sebagai pimpinan cabang suatu perusahaan swasta di kawasan jakarta timur yang menikah sudah 3 tahun tapi belum juga di karuniai anak, sedangkan sang istri juga bekerja sebagai seorang wartawan di sebuah surat kabar di bogor. karena kesibukan keduanya, akhirnya 3 tahun berlalu belum juga di karuniai anak. sampai akhirnya di tahun ke empat menikah, dikaruniai anak tetapi belum cukup bulan (Prematur) mungkin karena kecapean bekerja dilapangan mencari berita atau karena sebab yang lain.. akhirnya demi anugerah terindah, harta atau rizki yang tak ternilai harganya itu sang istri akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja, tinggalah suami yang bekerja.
Rizki tak di sangka malang tak terelakan, mungkin itu yang menimpa pasangan ini. ketika sang buah hati membutuhkan biaya besar, sang suami di pecat karena dianggap tidak bisa memimpin cabang dengan baik.. banyak anak buahnya yang korupsi sehingga merugikan perusahaan. dipecat membuat keuangan makin sulit.. bekerja di tempat lain untuk jabatan tertentu sulit, karena nama baik sudah tercemar karena ulah anak buahnya.. akhirnya dia bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan alas kaki di tanggerang dengan gaji lebih kecil 4x lipat dari gaji nya sebagai kepala cabang.
gaji tersebut untuk beli susu khusus bayi prematur dan ongkos dari bogor ke tanggerang saja sudah pas-pasan, belum lagi yang lain nya. tentu hal ini akan membuat masalah di rumah tangga… karena penghasilan suami kurang memadai, sang suami meminta istrinya untuk kembali bekerja membantu suami nya menghidupi rumah tangga, tapi apa daya karena kehadiran anak yang membutuhkan perhatian lebih, membuat sang istri tidak bisa meninggalkan sang anak.. mau di titip ke mertua, dua-dua nya sibuk bekerja. mau di titip orang tua, jauh ada di pelosok jawa. masalah semakin membesar kala pasangan muda ini saling menyalahkan, istri menyalahkan suami yang terbiasa hidup mewah sedangkan sang suami menyalahkan istri karena ingin punya anak sedangkan mereka masih muda-muda..
dari beberapa kasus di atas, mungkin kita bisa tarik kesimpulan masing-masing…intinya, apa yang terbaik menurut kita, belum tentu terbaik menurut Allah sang pencipta..Hadapilah hidup ini bagai air mengalir dan gunakanalah ilmu padi walau roda akan selalu berputar.
salam,
sariful.com